Search This Blog

Wednesday, January 19, 2011

Membangun Indonesia Baru

SERUAN/UDANGAN/PERMOHONAN DUKUNGAN
UNTUK PEMUDA BANGSA
BERSAMA PEMUDA RETOOLING APARATUR NEGARA
MEMBANGUN INDONESIA BARU

Saudara – saudara para pengunjung blog kami yang terhormat,
Para pembaca yang budiman,

Melalui coretan ini, saya hendak menyerukan, mengajak para Pemuda Bangsa Indonesia dalam suatu perhimpunan politik bernama Pemuda Retooling Aparatur Negara (PARAN). Saudara pengunjung yang budiman, kiranya berkenan membaca hingga tuntas. Terimakasih untuk kesediaan saudara – saudara berkenan mengunjungi blog kami dan memberikan dukungan moril maupun materiil untuk perjuangan kami pemuda Bangsa Indonesia untuk mewujudkan Pemerintahan yang lebih baik, demi kesejahteraan Rakyat Indonesia, menyelamatkan masa depan anak cucu kita dari bahaya laten KORUPSI.
Tetapi lebih dari sekedar itu, sebuah perhimpunan ini, kami ingin memastikan sebuah arah politik baru. Arah yang berusaha keluar dari kesempitan, kesesakan dan kejenuhan politik, hukum, pelayanan public yang kurang transparan dan tidak memihak pada rakyat kecil bangsa ini.
Betapa tidak. Kita menyaksikan hari – hari panjang yang membuat reformasi ini, dengan kekuatiran yang nyaris sempurna, yaitu bahwa demokrasi yang kita pernah bayangkan itu, kini terlihat tanpa arah, atau bahkan sedang menuju jalan buntu.
Tengoklah sejenak apa yang terjadi dengan bangsa ini; terpuruk secara ekonomi dan kacau secara politik, hukum. Tetapi sesungguhnya lebih dari itu, kita telah tercatat oleh peradaban sebagai bangsa yang bersejarah hitam; rasialisme, Hukum yang tanpa keadilan, Korupsi yang merajalela, semua lengkap terjadi di negeri dongeng ini. Kita seakan sedang menghimpun seluruh sejarah hukum kebiadaban dunia.
Inilah ironi bangsa ini; ketika bangsa – bangsa tengah berpacu membasmi kemiskinan, meningkatkan pendidikan dasar dan kesehatan rakyat, dan manakala Negara – Negara maju sibuk melakukan terobosan – terobosan luar biasa di bidang lapangan teknologi informasi dan bioteknologi, kita justeru sedang berbalik ke zaman Kaliyuga, yaitu suatu zaman yang menurut pujangga Ronggowarsito (1802-1874), adalah zaman kehancuran dan kegelapan, zaman diman “lautan mengalir kesungai” dan bukan sebaliknya.
Istilah ini sungguh tepat! Kita memang sedang menuju kehancuran total sebagai sebuah nation. Kita seakan sedang berpacu untuk saling menghancurkan sesama kita atas nama kesucian agama, superioritas suku, atau bahkan alasan kecendikiawanan. Sungguh, belum pernah kita seburuk seperti sekarang ini. Apakah yang salah dalam diri bangsa ini?
Mentalitas suka menebas mendapatkan tempat yang paling pas di zaman Kaliyuga ini. Prof.Koentjaraningrat alm., antropolog utama Indonesia, pernah mengatakan bahwa mentalitas suka menerabas adalah mentalitas sebagian orang Indonesia. Betapa tidak, watak Korupsi, Kolusi, Nepotisme tidak akan berlangsung secara intensip, hingga saat ini, bilamana mentalitas suka menerabas tidak tumbuh subur di dalam jiwa individu Indonesia, terutama mereka yang menyelenggarakan Pemerintahan (Aparatur Negara). Hubungan simbiose mutualistis antara penguasa dan pengusaha atas dasar sering diistilahkan sebagai kroni kaitalisme. Para pengusaha dan pejabat pemerintahan pada umumnya memetik keuntungan ekonomi atau rente ekonomi dengan memanfaatkan jabatan jabatan strategis yang dimilikinya. Pengangkatan sanak sedulur di departemen – departemen atau kementerian yang dipimpinnya atau mendirikan perusahaan – perusahaan, yayasan – yayasan keluarga selama masa berkuasa, atau menganggap kas Negara sebagai kas pribadi. Mentalitas yang sama jugalah yang mendasari sejumlah skandal keuangan lainnya, seperti Bruneigate, Baligate, Pertaminagate, Centurygate, Pajakgate, dan masih banyak lagi kasus – kasus yang saat ini entah bagaimana kabarnya.
Terkait dengan pajak, kita tahu Gayus dijatuhi hanya 7 tahun penjara dan denda tidak lebih dari Rp.500juta. apalagi terkait skandal Century yang hingga trilyunan rupiah entah kemana. Sayang sekali, ketika kita berbicara tetang reformasi disemua bidang kehidupan, justeru mentalitas simbiose mutualitis inilah yang tampak paling di depan.
Sementara itu, kita masih terus mendengar para penyelenggara pemerintahan saat ini, dari presiden dan para menterinya, tetap bersikukuh pada pandangan bahwa urusan ekonomi “tidak ada masalah”. Sementara diketahui bahwa Indeks Harga Saham Gabungan meluncur menembus angka prioritas Rp.10.000/dolar, bahwa pengangguran terjadi dimana – mana, dan perusahaan perusahaan besar menutup produksinya, yang barangkali dalam waktu dekat PT.Krakatau Steel akan bangkrut, itu semua seolah dianggap non indicator oleh pemerintah.
Saya teringat ucapan Presiden Kim Dae Jung, pemenang hadiah Nobel, yang meminta maaf secara terbuka kepada rakyatnya kerana pemerintahnya belum mampu meningkatkan ekonomi Korea Selatan sebagaimana yang diinginkan oleh rakyatnya. Suatu ungkapan kerendahan hati yang luar biasa dari seorang pemimpin yang notabane ekonomi negerinya masih termasuk paling maju di Asia. Lalu bandingkan dengan perilaku pemimpin kita, yang bukan saja tidak mampu mencari jalan keluar, tapi bahkan terus membebani masyarakat dengan rencana kenaikan bahan – bahan dasar produksi. Sementara beban kerusakan ekonomi dan perbankan diletakkan lagi pada APBN, yang berarti kembali memajaki rakyat. Sangat tidak adil.
Dibidang politik, metalitas terabas ini juga berada paling depan dalam bersikap hujat – menghujat, mengadalkan kekuatan otot dalam massa ketimbang otak dan hati nurani.
Apakah yang akan kita lihat dan rasakan saat ini sungguh mengenaskan. Pengerahan massa pendukung untuk menjawab argumentasi; massa pendukung yang datang dengan celurit klewang, atau bamboo runcing, adalah sebuah tontonan dari kepicikan dan kerakusan kekuasaan para pemimpin, dimana pada saat yang sama mengorbankan hidup dan martabat pendukungnya. Politik dengan mentalitas terobos seperti ini telah menghasilkan pengungsi – pengungsi dari Aceh sampai Maluku, dari Sampit ke Madura, dari Jawa Tengah ke Jogja. Memang benar, kita sedang kembali ke zaman Kaliyuga.

Pembaca yang terhormat,

Peribahasa Cina mengatakan “Daripada sibuk mengutuk kegelapan, lebih baik mulai menyalakan lilin”. Memang, ada saatnya dimana kita perlu secara sungguh – sungguh mengambil langkah untuk menahan kemerosotan bangsa ini. Ada saatnya dimana kita di ruang – ruang seminar ke lapangan kehidupan riil. Ada saatnya kita mulai mengabaikan seluruh hiruk pikuk politik elit, dan mulai berbisik satu sama lain untuk perlahan – lahan membangun kembali bangsa ini.
Bila benar kita ingin membangun kembali bangsa ini, maka kita harus mulai dengan fakta bahwa kita adalah bangsa yang majemuk. Pluralism! Itulah ruang sosial yang kita hidupi. Dan hanya dalam ruang itulah demokrasi dapat ditumbuhkan. Demokrasi tidak lain adalah pelembagaan aneka kepentingan, tempat dimana konflik dan kekuasaan dikelola secara beradab. Dan pelembagaan itu hanya dapat diatur melalui pekerjaan akal sehat. Kita pemuda penerus masa depan bangsa, menyambut rasionalitas. Demokrasi memang memerlukan tuntunan rasionalitas. Politik dalam konteks ini haruslah kita fahami sebagai gejala sosiologis biasa. Ia bukan ukuran hidup mati bagi seseorang atau sesuatu kelompok. Politik adalah soal yang harus dipersaingkan dan diuji secara akal sehat, dan bukan dipertahankan melalui paham – paham doktriner.
Keterjebakan kita dalam berbagai konflik horizontal sekarang ini adalah terutama karena kita kurang menyadari pluralism, dan terlalu mengagung – agungkan identitas kelompok. Di dalam era dimana transmisi kebudayaan global merupakan fakta peradaban baru, kita seharusnya juga terbuka dengan prinsip – prinsip demokrasi yang berlaku global. Sebaliknya, kepicikan kita di dalam mempertahankan semangat nasionalisme sempit, hanya akan mengucilkan kita dari perkembangan peradaban global yang seharusnya kita ikut tentukan arahnya secara kritis.
Dalam konteks perkembangan global itu jugalah, kita harus mengerti konsep civil society, yang sedang ramai kita percakapkan itu, sekaligus dalam kaitan globalnya dengan terbentuknya suatu transnational civil society. Interkoneksi global inilah yang harus kita mafaatkan didalam saling memperkuat gerakan demokrasi sebagai gerakan peradaban global.

Pengunjung dan pembaca yang terhormat,

Melalui tulisan yang anda baca ini merupakan mahkamah akal sehat, untuk menjawab tuntutan sejarah; akankah kita ikut dalam pertikaian yang saling menghancurkan ini, atau kita akan membangun jambatan baru untuk menyeberangkan bangsa ini ke lokasi politik yang lebih menjanjikan. Jawaban kita pemuda penerus bangsa adalah komitmen etis dan politik yang akan kita pertanggung jawabkan pada generasi kita kedepan. Itulah sebabnya kita harus pastikan sekali lagi bahwa keragu – raguan dan pesimisme yang terus kita pelihara sekarang ini untuk mengambil langkah.
Sengaja saya dahulukan paham keadilan, karena saya yakin bahwa hanya dalam jiwa – jiwa yang adil, spirit demokrasi dapat berkembang mekar. Demokrasi adalah fasilitas politik yang memungkinkan individu bertumbuh secara otentik. Tetapi keadilan adalah sarana kemanusiaan yang harus dipelihara dengan komitmen batin. Secara politik, keadilan dan demokrasi itu harus dilembagakan melalui kebijakan Negara dan jaminan konstitusi. Itulah sebabnya Pemuda Retooling Aparatur Negara (PARAN) akan berjuang keras untuk memastikan bahwa semua warganegara berhak atas keadilan dan demokrasi.
Melalui tulisan ini, haruslah menjadi kesempatan sejarah untuk mengawali komitmen itu, kendati situasi sosial dan ekonomi Nampak tidak bersahabat; situasi yang tentu saja cenderung melanggengkan apatime, ketimbang membangkitkan inisiatif untuk berjuang. Tetapi titik kritis ini harus kita lalui, kalau kita percaya bahwa sejarah selalu menyediakan kesempatan emas bagi mereka yang siap mengisinya.

Para pengunjung dan pembaca yang saya hormati

Ujung dari komitmen adalah LANGKAH. Maka pada akhir coretan ini adalah SERUAN, sekaligus undangan kami untuk siapa saja yang tergerak dan berkehendak untuk bersama – sama, bekerja sama memperjuangakan keadilan dan membangun demokrasi.

Mari bersatu Pemuda Bangsa bersama membangun Indonesia Baru.
Terimakasih.


Salatiga, 19 Januari 2010

Imam Supaat
Penggagas Pemuda Retooling Aparatur Negara (PARAN)


Biografi Imam Supaat.

Imam Supaat Lahir di Salatiga, 26 Februari 1979 dari pasangan Bapak Hariyadi dan Ibu Surati, yang merupakan keluarga yang kurang mampu, dia dididik oleh lingkungan yang keras, yaitu lingkungan kehidupan jalanan.
Sejak tahun 2001, Imam Supaat dipercaya menjadi Ketua Umum Paguyuban Eksponen Rakyat Terlatih (BANEKS RATIH) tingkat Nasional sampai sekarang, dimana Eksponen Rakyat Terlatih adalah mantan – mantan Keamanan Rakyat (KAMRA) yang turut mengawal lahir dan berdirinya Reformasi dibidang Keamanan Ketertiban Masyarakat Indonesia Tahun 1998 – 2000 , dimana KAMRA waktu itu beranggotakan 40 ribu anggota yang tersebar di seluruh Indonesia yang sekarang telah dilupakan oleh para Pemimpin Bangsa Indonesia. Mereka lupa, bahwa dengan kehadiran KAMRA yang diperbantukan di institusi Kepolisian memiliki segudang ilmu dalam pengamanan dan pemprogandaan untuk tegaknya NKRI.
Pada tahun 2004 – 2006, dia yang waktu itu masih berusia relatif muda (24 tahun) telah dipercaya menjabat Ketua Pimpinan Cabang Partai Perhimpunan Indonesia Baru Kota Salatiga.
Pada tahun 2005, Imam Supaat berkiprah dibidang Politik, walau pada saat itu, Partai yang ia pimpin hanya memperoleh suara 0,3 %, namun dia mampu membuktikan menjadi Partai Pengusung Calon dengan menggagas mendirikan sebuah Koalisi Partai – partai Legislatif dan non-legislatif (KORES) (PPIB, DEMOKRAT, PDS, PNBK, PPDK, P.MERDEKA, PBB), namun usaha pertamanya melalui KORES tidak semulus yang dia harapkan, Koalisi Reformasi Salatiga (KORES) kandas ditengah jalan, dimana anggota Koalisi yang merupakan partai cukup dengan serta merta keluar dan mendeklarasikan calon, namun Imam tidak patah semangat, dengan menggagas ulang dan mempelopori bersatunya partai basis islam (PKB,PPP,PBB) disatukan bersama partai nasionalis (PPIB,PPDK,PNBK) dan dia beri nama Koalisi Salatiga Bersatu (KSB) November 2005, akhirnya mengusung Pasangan Calon Kepala Daerah (Warso Susilo – Muh Haris) sebagai Pasangan Calon Kepala Daerah.
Pada tahun 2006, Imam Mengundurkan diri dari panggung politik Salatiga maupun Jawa Tengah, dan dia konsentrasi dibidang pekerjaannya pada Pemerintah Kota Salatiga.
Dalam mewujudkan idealismenya untuk masa depan Bangsa dan guna turut serta menyelamatkan masa depan anak cucu penerus Bangsa dari bahaya laten Korupsi, Imam Supaat bersama kawan – kawan di BANEKS RATIH, sejak april 2009 mendirikan Surat Kabar Investigasi SuaraKPK, adapun misi suarakpk adalah memberikan pendidikan bagi masyarakat dibidang pencegahan Korupsi, dan ber visi Mewujudkan Indonesia Bersih, bebas dari Korupsi sampai sekarang. Perlu Surat Kabar ini tidak mengedepankan Profit Oriented atau keuntungan secara finasial alias nirlaba,dan karena keterbatasan keuangan pribadi Imam Supaat, dalam dua tahun ini baru bisa beredar di seluruh Pulau Jawa, Bali, dan Sumatera dengan target pembaca penyelenggara Negara, sehigga bukan hal yang mengherankan bila perkembangan surat kabar ini lamban dalam peredarannya belum bisa menyentuh di seluruh tanah air, karena tidak ada iklan ataupun suplay dari pihak manapun hingga masuk edisi 17 sekarang ini.
Imam Supaat pada tanggal 12 Juli 2010 telah diundang oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) di kantor KPK, ditemui oleh bapak Khaidir Ramli (bidang Hukum KPK), yang mana KPK menyambut baik atas perjuangan ini, dan tetap bersama KPK mensosialisasikan pencegahan dan pengawasan atas tindakkan Korupsi di daerah – daerah, namun jangan salah, Surat Kabar Investigasi SuaraKPK ini, bukan bagian dari Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Dalam memperjuangkan idialismenya, Imam Supaat tidak pernah berhenti dalam memperjuangkan kesempatan kerja bagi anggotanya yaitu mantan – mantan KAMRA dan masyarakat kecil yang belum memperoleh kesempatan kerja karena tidak memiliki koneksi.
13 tahun sudah, Imam Supaat berjuang dengan setia bersama mantan – mantan anggota KAMRA yang dicetuskan oleh Jenderal Wiranto dalam mengawal Lahir dan Berdirinya Reformasi.

Imam Supaat saat ini masih menimba ilmu Managemen Ekonomi, Strata 1 (satu) di STIE “AMA” Kota Salatiga.
Imam Supaat yang nikahi Ferbina pada tahun 2002, dan telah dikaruniai seorang putri Defi Malitasari dan seorang Putra Muhammad Dean Evandra terus berjuang melalui gagasannya mendirikan Pemuda Retooling Aparatur Negara (PARAN), yang saat ini, sedang mencari dukungan moriil maupun materiil dari para Negarawan, Cendekiawan, Tokoh Agama, Pengusaha dan siapapun yang tergugah hatinya untuk bersama – sama memperjuangankan Indonesia Bersih, Dinamis, Berkeadilan dan Demokratis
Melihat kondisi bangsa saat ini, Imam Supaat dalam setiap kesempatan selalu melontarkan pertanyaan. Masih Adakah Moralitas dalam diri Pemimpin Bangsa Indonesia?
Reformasi Indonesia sudah mati sejak umur 2 tahun setelah lahirnya Reformasi, karena para pemimpin bangsa sejujurnya tidak pernah mau mengerti dan menghargai arti dari pengorbanan darah dan nyawa para Pejuang Bangsa. Haruskah dimunculkan yang namanya REVOLUSI dinegeri ini. SAATNYA KITA LAKUKAN REVOLUSI SISTEM MORAL BANGSA


Bagi pengunjung ataupun pembaca yang budiman, dapat mengujungi atau berbincang langsung dengan
Imam Supaat di alamat :

Perum pepabri - Tingkir Lor - Tingkir , Kota SalatigaJawa Tegah – Indonesia
Simpati : 081 229 050 575,
E-mail : suara_kpk2009@yahoo.com
Alamat blog :
www.skisuarakpk.blogspot.com
www.suarakpk-paran.blogspot.com
Dukungan material dapat disalurkan ke :
Rekening BCA Cab.Salatiga
No. 0130635504

Berapapun sumbangan yang diberikan akan sangat berarti bagi perjuangan pemuda Bangsa Indonesia.

No comments:

Post a Comment